Obor Runcing
(N Seoul Tower)
Menjulang
kontraslah ia, anehnya malah sangat indah..
Teringat
realitas serupa yang Kontras, namun sayangnya Positif tidak tepat. Tapi inilah.. ujungnya aku harus kembali menepi
dalam ruang persembunyian. Simpulnya aku mesti bertuli di tengah keramaian.
Kendati mataku seribu persen anti-cacat,
aku berakting meraba dalam kegelapan yang suka rela kureka.
Benar, gelap.
Tatkala langkah
kakiku menyeret ke arah sang obor raksasa. Mengemis cahaya di malam,
mengakomodasikan mata, penuh. Mengulas senyum kepuasan setelah percaya selalu
akan ada cahaya yang mengikis kegelapan..
Warnanya
berubahlah seenaknya, tidak ilegal, justru ajaibnya memanjakan mata..
Tidak, jangan
samakan dia dengan dia yang kusorot. Kulitnya
berubahlah ia, aku bangun, dan yang semu menjadi jelas. Ia koalisi yang tepat,
itu semu. Ialah berkas hilang yang kelak menyempurnakan bagian arsipku yang
berjudul kehidupan, juga semu. Urung aku mengiyakan spekulasi nurani yang
menyatakan dirinya sang penoreh tinta hitam, untukku, yang terpaksa lagi memborgol
diri di gua semesta.
Tepat, gua
semesta.
Tatkala ragaku
menuntun menemui sang obor multi-cahaya. Menikmati diri yang dijamah sorotan
warna-warni cahaya sekalipun terhalang kaca. Setidaknya, ini penemuan paradigma
baru. Obor runcing yang mencakar langit itu menyiratkan kisahnya dengan segala
kepercaya-dirian, tegak berdiri sendiri, mampu mentransformasikan kelamnya gua semesta
menjadi tampak bersahaja..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar