Minggu, 30 November 2014

Cermin / Drabble : Obor Runcing



Obor Runcing
(N Seoul Tower)

Menjulang kontraslah ia, anehnya malah sangat indah..
Teringat realitas serupa yang Kontras, namun sayangnya Positif tidak tepat.  Tapi inilah.. ujungnya aku harus kembali menepi dalam ruang persembunyian. Simpulnya aku mesti bertuli di tengah keramaian. Kendati mataku seribu persen  anti-cacat, aku berakting meraba dalam kegelapan yang suka rela kureka.
Benar, gelap.
Tatkala langkah kakiku menyeret ke arah sang obor raksasa. Mengemis cahaya di malam, mengakomodasikan mata, penuh. Mengulas senyum kepuasan setelah percaya selalu akan ada cahaya yang mengikis kegelapan..
Warnanya berubahlah seenaknya, tidak ilegal, justru ajaibnya memanjakan mata..
Tidak, jangan samakan dia dengan dia yang kusorot. Kulitnya berubahlah ia, aku bangun, dan yang semu menjadi jelas. Ia koalisi yang tepat, itu semu. Ialah berkas hilang yang kelak menyempurnakan bagian arsipku yang berjudul kehidupan, juga semu. Urung aku mengiyakan spekulasi nurani yang menyatakan dirinya sang penoreh tinta hitam, untukku, yang terpaksa lagi memborgol  diri di gua semesta.
Tepat, gua semesta.
Tatkala ragaku menuntun menemui sang obor multi-cahaya. Menikmati diri yang dijamah sorotan warna-warni cahaya sekalipun terhalang kaca. Setidaknya, ini penemuan paradigma baru. Obor runcing yang mencakar langit itu menyiratkan kisahnya dengan segala kepercaya-dirian, tegak berdiri sendiri, mampu mentransformasikan kelamnya gua semesta menjadi tampak bersahaja..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar